15 Tradisi Perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW di Indonesia, Ada Weh-Wehan hingga Ruah Maulud | LKTNews.com

15 Tradisi Perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW di Indonesia, Ada Weh-Wehan hingga Ruah Maulud

Tradisi Perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW di Indonesia
Grebeg Maulud, tradisi Yogyakarta dan Solo untuk memperingati Maulid Nabi. (Foto: Grid.id)

LKTNews.com - Tradisi Maulid Nabi adalah perayaan yang dilakukan dalam rangka memperingati hari kelahiran Nabi Muhammad SAW sebagai bentuk rasa cinta umat kepada sang Nabi. Secara etimologi, istilah "maulid" berasal dari bahasa Arab w-I-d yang berarti "kelahiran".

Tradisi ini banyak dilakukan oleh umat Islam di berbagai belahan dunia termasuk di Indonesia. Peringatan hari lahir Nabi Muhammad SAW ini dilakukan setiap tanggal 12 Rabiul Awal dalam penanggalan Hijriyah.

Di Indonesia sendiri, umat Islam merayakan Maulid Nabi dengan berbagai cara. Ragam perayaan tersebut pada umumnya didasarkan pada kebiasaan dan adat istiadat daerah setempat.

Meskipun berbeda dalam bentuk perayaannya, pada hakikatnya tradisi maulid tidak hanya sekadar sebagai pengingat sejarah bagi kaum muslim. Tradisi ini juga sebagai pengingat umat muslim akan sosok Rasulullah yang menjadi inspirasi paling sempurna bagi seorang muslim dalam menjalani apa pun dalam realitas kehidupannya.

Berikut adalah informasi tentang tradisi perayaan Maulid Nabi di Indonesia yang telah dirangkum dari berbagai sumber.

Tradisi perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW di Indonesia telah muncul dari zaman Walisongo, hal itu dilakukan agar menarik minat masyarakat saat itu untuk memeluk Agama Islam.

Seiring berjalannya waktu, perayaan Maulid Nabi Muhammad terus dilakukan secara rutin setiap tahun di Indonesia.

Daftar Tradisi Perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW dari Berbagai Daerah di Indonesia

1. Weh-Wehan

Tradisi weh-wehan yang ada di Kaliwungu, Kendal, Jawa Tengah. (Foto: Kendalkab)

Tradisi Maulid Nabi di Indonesia yang pertama adalah tradisi weh-wehan atau ketuinan, tradisi ini sudah ada sejak puluhan tahun dan hanya ada di Kaliwungu, Kendal, Jawa Tengah. Tradisi weh-wehan merupakan tradisi saling berbagi dan memberi makanan kepada tetangga.

Bagi warga Kaliwungu weh-wehan atau ketuin merupakan hari raya, pasalnya anak-nak mengenakan baju baru berkeliling kampung membawa makanan untuk dibagikan kepada tetangga. Bagi anak-anak dan remaja tradisi weh-wehan paling dinanti karena akan banyak makanan yang didapat.

Baca Juga: Weh-Wehan, Tradisi Masyarakat Kaliwungu Sambut Maulid Nabi Muhammad SAW

2. Muludhen

Tradisi Maulid Nabi di Indonesia selanjutnya yaitu Muludhen yang sering digelar oleh warga di Pulau Madura, Jawa Timur. Acara ini biasanya diisi dengan pembacaan barzanji (riwayat hidup Nabi) dan sedikit selingan ceramah keagamaan yang menceritakan kebaikan sang Nabi semasa hidupnya untuk dijadikan sebagai pegangan hidup.

Tepat pada 12 Rabiul Awal, masyarakat akan berduyun-duyun datang ke masjid untuk merayakan Maulid Agung. Di luar Maulid Agung ini, orang masih merayakannya di rumah masing-masing. Tentu tidak semua, hanya mereka yang memiliki kemampuan dan kemauan.

Saat Maulid Agung, para perempuan biasanya datang ke masjid atau musala dengan membawa talam yang di atasnya berisi tumpeng. Di sekeliling tumpeng tersebut dipenuhi beragam buah yang ditusuk dengan lidi dan dilekatkan kepada tumpeng. Buah-buah itu misalnya salak, apel, anggur, rambutan, jeruk, dan lainnya.

3. Kirab Ampyang

Tradisi Maulid Nabi selanjutnya yaitu Kirab Ampyang yang digelar di Desa Loram Kulon, Jati, Kudus, Jawa Tengah.

Pada awalnya kegiatan ini merupakan media penyiaran agama Islam di wilayah tersebut. Tradisi itu dilakukan oleh Ratu Kalinyamat dan suaminya, Sultan Hadirin.

Tradisi ini digelar dengan menyajikan makanan yang dihiasi dengan ampyang atau nasi dan krupuk yang diarak keliling desa sebelum menuju ke Masjid Wali At Taqwa di desa setempat.

Dalam tradisi ini, masing-masing peserta juga menampilkan sejumlah kesenian, seperti visualisasi tokoh-tokoh yang berjasa pada saat berdirinya Desa Loram Kulon serta visualisasi sejarah pendirian Masjid Wali At Taqwa.

Setelah sampai di Masjid Wali, tandu yang berisi nasi bungkus serta hasil bumi yang sebelumnya diarak keliling desa didoakan oleh ulama setempat, kemudian dibagikan kepada warga setempat untuk mendapatkan berkah.

4. Panjang Jimat

Keraton Cirebon merayakan Maulid Nabi dengan melaksanakan Panjang Jimat. Upacara ini dihadiri ribuan masyarakat yang berdatangan dari berbagai daerah. Mereka sengaja datang ke keraton hanya untuk menyaksikan proses upacara.

Selain itu, peringatan Maulid Nabi juga turut digelar di makam Sunan Gunung Jati, Kecamatan Gunung Jati, Kabupaten Cirebon. Di makam tersebut juga dipadati oleh ribuan orang yang sengaja ingin menghabiskan waktu pada malam Maulid Nabi.

5. Grebeg Maulud

Pada zaman kesultanan Mataram, perayaan Maulid Nabi disebut Grebeg Mulud. Kata 'gerebeg' berarti mengikuti, yaitu mengikuti sultan dan para pembesar keluar dari keraton menuju masjid untuk mengikuti perayaan Maulid Nabi, lengkap dengan sarana upacara, seperti nasi gunungan dan sebagainya. Puncak peringatan hari kelahiran Nabi Muhammad SAW diperingati dengan penyelenggaraan upacara Grebeg Maulud.

Puncak dari upacara ini adalah iringan gunungan yang dibawa ke Masdjid Agung. Setelah di masjid diselenggarakan doa dan upacara persembahan ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, sebagian gunungan dibagi-bagikan pada masyarakat umum dengan jalan diperebutkan.

Bagian-bagian dari gunungan ini umumnya dianggap akan memperkuat tekad dan memiliki daya tuah, terutama bagi kaum petani. Mereka akan menanamnya di lahan persawahan untuk memperkuat doa agar lahannya menjadi subur dan terhindar dari berbagai hama perusak tanaman.

6. Ngalungsur Pusaka

Di Kabupaten Garut, Jawa Barat, tradisi Maulid Nabi dirayakan dengan melaksanakan upacara Ngalungsur, yaitu proses upacara ritual di mana barang-barang pusaka peninggalan Sunan Rohmat (Sunan Godog/Kian Santang). 

Setiap setahun sekali dibersihkan atau dicuci dengan air bunga-bunga dan digosok dengan minyak wangi supaya tidak berkarat yang difokuskan di Kampung Godog, Desa Lebak Agung, Kecamatan Karangpawitan.

Di tempat lain seperti Banten, kegiatan difokuskan di Masjid Agung Banten. Demikian pula di tempat-tempat ziarah makam para wali, tradisi ini juga digelar. 

Upacara yang dilakukan oleh juru kunci ini merupakan bukti bahwa mereka masih melestarikan dan melaksanakan tradisi leluhurnya serta mensosialisasikan keberadaan benda-benda pusaka peninggalan Sunan Rohmat Suci.

Pusaka tersebut merupakan simbol perjuangan dan perilaku Sunan Rohmat Suci semasa hidupnya dalam memperjuangkan agama Islam. Benda-benda pusaka tersebut dicuci dengan disaksikan oleh peserta upacara.

7. Bungo Lado

Tradisi Maulid Nabi di Indonesia selanjutnya yaitu Bungo Lado yang berarti bunga cabai. Tradisi ini digelar di Padang Pariaman, Sumatera Barat.

Bungo lado merupakan pohon hias berdaunkan uang yang biasa juga disebut dengan pohon uang. Uang kertas dari berbagai macam nominal itu ditempel pada ranting-ranting pohon yang dipercantik dengan kertas hias.

Tradisi bungo lado menjadi kesempatan bagi warga yang juga perantau untuk menyumbang pembangunan rumah ibadah di daerah itu. Karenanya, masyarakat dari beberapa desa akan membawa bungo lado. Pohon uang dari beberapa jorong (dusun) itu kemudian akan dikumpulkan.

Uang yang terkumpul biasanya mencapai puluhan juta rupiah dan disumbangkan untuk pembangunan rumah ibadah. Tradisi maulid ini biasanya digelar secara bergantian di beberapa kecamatan.

Dalam hal ini, sumbangan uang diumpamakan dengan bunga cabai tersebut. Sumbangan bungo lado ini merupakan simbol dari rasa syukur atas nikmat yang diberikan Allah.

8. Walima

Di Gorontalo, peringatan Maulid Nabi dilakukan dengan tradisi walima. Walima merupakan tradisi tua semasa kerajaan-kerajaan Islam ada, yang dilaksanakan turun-temurun antargenerasi.

Diperkirakan, tradisi ini mulai ada sejak Gorontalo mengenal Islam, tepatnya pada abad XVII. Walima merupakan tradisi lama yang hingga kini masih terpelihara dengan baik. Setiap masjid di seluruh Gorontalo melaksanakan tradisi ini.

Masyarakat muslim menyiapkan kue-kue tradisional, seperti kolombengi, curuti, buludeli, wapili, dan pisangi yang disusun sedemikian rupa dan diarak dari rumah menuju masjid terdekat. 

Kue khas walima, yakni kolombengi dan kue tradisional lainnya dikemas dalam plastik, ditata, dan dihias sedemikian rupa sebelum diarak dengan mobil yang mampu menarik perhatian ribuan warga yang memadati tepi jalan.

Setiap kali perayaan ini, ratusan warga sudah berkumpul dan menunggu di masjid. Mereka sudah siap untuk berebutan kue walima yang disediakan dalam memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW.

Setelah doa maulid di Masjid selesai, ribuan kue-kue tersebut direbut atau dibagi-bagikan kepada warga untuk dibawa pulang ke rumah masing-masing, karena hal tersebut menurut mereka membawa sebuah keberkahan ketika mendapatkan makanan yang sudah didoakan.

9. Grebeg Keresan

Pohon keresan akan menjadi bahan rebutan masyarakat pada peringatan Maulid Nabi di Mojokerto. Bukan karena buahnya yang memiliki rasa manis, tetapi karena hadiah-hadiah yang digantung di pohon dalam tradisi grebeg keresan. 

Hadiah yang disuguhkan biasanya berupa hasil bumi dan barang kebutuhan sehari-hari yang ditaruh menggantung di ranting-ranting pohon.

Tradisi ini dilakukan sebagai cara menyampaikan rasa syukur atas kelahiran Nabi Muhammad SAW yang memberikan petunjuk yaitu ajaran agama Islam. Hadiah-hadiah tersebut disimbolkan sebagai berkah Maulid bagi masyarakat.

10. Maudu Lompoa

Sebagai suku yang terkenal dengan keterampilan berlayarnya, masyarakat Takalar di Sulawesi Selatan memiliki tradisi unik dalam memperingati Maulid Nabi yakni dengan menghias kapal kayu dengan kain warna-warni.

Kapal itu diisi dengan segala macam kebutuhan sehari-hari seperti hasil bumi, pakaian, dan hidangan siap makan. Kegiatan yang dinamakan Maudu Lompoa ini biasanya dimulai dengan memberikan doa-doa pujian kepada Nabi Muhammad SAW.

Tak sekadar peringatan, kegiatan itu juga sekaligus menjadi ajang silaturahmi bagi masyarakat setempat. Melalui tradisi ini mereka menunjukkan bahwa unsur agama dan kebudayaan bisa diselaraskan bersama.

11. Nganggung

Masyarakat Bangka Belitung memiliki cara tersendiri dalam merayakan Maulid Nabi Muhammad SAW, tradisi ini sudah turun temurun dan rutin setiap tahun dilakukan oleh masyarakat Bangka Belitung.

Tradisi Maulid Nabi Muhammad SAW di Bangka Belitung selalu dirayakan sangat meriah oleh masyarakat. Suasananya bahkan lebih meriah bila dibandingkan dengan Lebaran Idul Fitri. Kamu akan melihat masyarakat berbondong-bondong datang ke rumah-rumah untuk bertamu.

Pada perayaan Maulid Nabi Muhammad masyarakat Bangka Belitung akan berkumpul di balai makan dan membawa dulang. Setelah itu masyarakat akan memanjatkan doa dan makan bersama sebagai bentuk syukur atas apa yang telah Nabi Muhammad SAW perjuangkan dan sebagai pengingat akan sosok Rosulullah.

12. Meuripee

Tradisi Maulid Nabi di Indonesia selanjutnya yaitu Meuripee. Tradisi yang ada di Banda Aceh, yang mana masyarakat Desa Lamglumpang memperingati Maulid Nabi dengan cara memasak bersama-sama. Menu wajib yang disajikan adalah daging sapi dengan kuah semacam kari.

Disebut meuripee karena masyarakat di sana membeli sapi maupun keperluan dengan cara patungan atau meuripee.

13. Sebar Udikan

Masyarakat Dusun Sukarejo, Desa kedondong, Kecamatan Kebonsari, Madiun memperingati Maulid Nabi dengan menyebar uang koin yang diwariskan nenek moyang. Warga dari berbagai golongan usia mengikuti peringatan ini.

Mereka yang ikut serta akan berebut koin berjumlah belasan juta rupiah yang disebar di halaman rumah warga. Demi keamanan, area untuk anak-anak dan dewasa dipisahkan.

14. Festival Endhog-Endhogan

Tradisi endhog-endhogan di Banyuwangi mempunyai filosofi tentang kepedulian bersama melalui berbagi. Peringatannya dilakukan dengan mengarak ratusan telur yang ditancapkan pada jodang pohon pisang dan ancak (wadah yang isinya nasi dan lauk-pauk).

Tradisi ini dilakukan oleh hampir tiap kampung maupun desa di Banyuwangi. Setelah diarak, jodang dan ancak dibawa ke masjid untuk dibacakan selawat dan doa. Acara kemudian dilanjutkan dengan pembagian telur dan makan bersama.

15. Ruah Maulud

Tradisi Maulid Nabi selanjutnya yaitu Ruah Maulud yang ada di Nusa Tenggara Barat. Ruah Maulud ini biasanya diaplikasikan dalam bentuk ngumpul bersama atau pesta kecil-kecilan dengan mengudang sanak kerabat dan tetangga-tetangga dekat. 

Selain mengundang kerabat dekat mereka juga mengundang fakir miskin dan anak yatim makan-makan di rumahnya. Yang khas di sini adalah jajanan nya, yang biasanya sulit ditemukan ketika hari-hari biasa.

Itulah tradisi-tradisi perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW di Indonesia. Dari tradisi yang sudah disebutkan diatas, apakah ada yang dari daerahmu?


Sumber:
https://www.merdeka.com/jabar/7-tradisi-maulid-nabi-di-indonesia-unik-dan-penuh-filosofi-kln.html
https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-5759943/12-tradisi-maulid-nabi-di-sejumlah-wilayah-indonesia-ada-daerahmu
https://www.wowbabel.com/gaya-hidup/pr-5985073954/intip-yuk-ini-7-tradisi-unik-perayaan-maulid-nabi-muhammad-saw-di-indonesia
https://www.disbudpar.ntbprov.go.id/7-tradisi-unik-perayaan-maulid-nabi-di-ntb/

FOLLOW LKTNEWS.COM DI GOOGLE NEWS.

Next Post Previous Post